Saya jarang bahkan sudah tidak pernah menuliskan ttg kehidupan personal saya di blog. Saat ini saya sedang menjalani masa pemulihan pasca operasi dan mungkin hanya beberapa teman yang tau kalo saya pernah sakit. Saya memang agak kolot, saya tidak mau orang memperlakukan saya seperti orang sakit, karena saya masih merasa bahwa saya sehat (walaupun sebenarnya tidak). Tapi, setelah memikirkan beribu kali akhirnya saya berniat untuk menshare pengalaman "sakit" saya ini, because sharing is caring :)
Pada pertengahan April 2016, saya mengalami sakit perut (saat itu saya sedang haid). Sakit perut saat haid merupakan hal biasa buat saya, dan biasanya walaupun sakit saya tetap dapat menjalankan aktifitas seperti biasa. Tapi hari itu sakit perut saya tidak kunjung berkurang, hingga akhirnya saat malam hari saya minta kaka saya untuk mengantarkan saya ke klinik terdekat.
Baca Juga: Mari Bersama cegah dan Lawan Kanker
Saat pemeriksaan dokter menanyakan keluhan dan meminta saya untuk berbaring di tempat tidur, menanyakan bagian yg sakit dan memencet perut saya. Dari semua perkataan dokter saat itu, kata-kata yang paling saya ingat adalah "Dalam perut kamu ada benjolan, dan itu sudah besar, saya yakin itu tumor, tapi untuk lebih jelas letaknya dimana saya rujuk kamu ke dr. Spesialis Penyakit dalam ya".
Mendengar dokter bilang begitu rasanya tentu seperti tersambar petir. Karena saya alhamdulillah termasuk yang paling jarang sakit dan tertular penyakit, saya rajin olahraga dan makan buah. Memang kerjaan saya sebagai food blogger membuat saya jadi sering makan diluar tapi hal tersebut selalu saya imbangi dengan banyak makan buah & sayur di rumah.
Sesampainya di rumah saya tidak memberitahu keluarga, saya hanya bilang bahwa saya dirujuk ke dokter penyakit dalam. Dititik ini saya benar-benar sudah pasrah, karena setelah browsing tidak ada satupun penyakit dibagian perut yang "normal". Keesokan harinya ibu dan kaka saya mengantarkan saya ke RS terdekat. Saya sendiri sudah pasrah tentang benjolan ini, jadi apapun yg dikatakan dokter saya sudah siap mental. Saat masuk ruang pemeriksaan pun saya sendirian (saya tidak mau ibu saya masuk, alasannya saya tidak mau ibu saya sedih dan panik), hasil pemeriksaan dokter spesialis internis sama saja dengan dokter umum, namun untuk tau tumor apa dan letaknya saya harus harus USG. Keluar dari ruangan saya cuma bilang ke ibu saya kalo saya disuruh untuk USG besok.
Baca Juga: Pasien Kanker Jangan Takut Kemoterapi
Besoknya saya kembali lagi ke rumah sakit untuk USG. Setelah hasil USG saya keluar, saya harus bertemu dokter kembali, agar bisa dianalisa sumber benjolannya dimana. Namun saat ini dokter menyuruh mama saya masuk, dan menjelaskan bahwa ada benjolan pasti tumor sebesar 17 x 10cm tapi belum tau sumbernya dari mana. Dokter bilang "ini sudah besar banget benjolnya, nanti langsung operasi saja ya. Tapi sebelum operasi karena benjolnya sudah besar kamu harus CT Scan dan tes lab dulu, biar kita bisa lebih tau posisi benjolan sama organ dalam lainnya masih bagus atau tidak". Disitu saya cuma bisa nahan nagis, karena saya gak mau liat ibu saya makin sedih.
Seumur-umur saya jarang banget sakit sampe dicek di rumah sakit, tidak pernah dirawat di rumah sakit, bahkan untuk disuntik pun saya masih takut, tapi setelah itu rumah sakit selalu jd tempat yang harus saya kunjungi. Saat awal pemeriksaan, saya full selama seminggu bolak-balik RS untuk konsultasi dan melakukan berbagai macam tes darah, USG dan CT SCAN. Hingga saat ini pun saya masih harus kontrol.
Diantara semua tes, tes CT SCAN yang paling buat saya takut. Bukan takut sama alatnya atau suntiknya, tapi saya takut dengan hasilnya. Karena pada saat setelah dites semua perawat selalu bertanya, " mba selama ini sering buang air kecil ya? kalo haid gak teratur ya? Susah BAB ga mba?" dan mereka selalu menyemangati saya in nicely ways yg anehnya bukan bikin saya makin tenang tapi makin sedih. (and they looked at me like i don't have any chances to life)
Setelah hasil tes CT SCAN keluar, saya kembali konsultasi kedokter untuk mengetahui hasilnya. Hasil CT SCANnya bener-bener bikin saya sedih karena benjolan ini sudah hampir menutupi seluruh perut saya, bahkan usus saya letaknya cuma 1/4 dari keseluruhan perut, organ tubuh saya yang lain jg sudah bergeser dari letak semestinya. Dari hasil tes dokter mendiagnosa saya tumor ovarium dan syukurnya organ dalam saya yang lain masih bagus dan sehat walaupun udah kegencet. Dokter mengharuskan saya untuk operasi minggu ini dan merujuk saya untuk ke dokter kandungan.
Oiya mungkin beberapa orang masih asing dengan penyakit ini, saya pun sebelumnya juga tidak tahu tentang tumor ovarium / kanker ovarium. kanker ovarium sendiri termasuk salah satu kanker mematikan bagi perempuan selain kanker payudara, kanker serviks dan kanker rahim. Kanker ovarium menyerang sel telur pada indung telur. Kanker ini termasuk pada kategori silent killer, karena penderitanya baru mengetahui bahwa mereka mengidap penyakit ini saat sudah parah. Untuk gejalanya sendiri sangat umum, yaitu:
- mens tidak teratur
- mengalami gangguan pencernaan
- sering buang air kecil
- sembelit
- kembung
- mudah kenyang
- mudah lelah
Dari semua gejala diatas hanya beberapa saja yang saya rasakan, saya juga Alhamdulillah selalu fit (bahkan ketika menjalani masa pemulihan pasca operasi, saya masih merasa segar bugar, walaupun masih belum bisa jalan-jalan jauh).
Setelah dirujuk ke dokter kandungan esokan harinya saya langsung mendaftarkan diri untuk konsultasi ke dokter kandungan di RS yang sama dengan tempat saya konsultasi spesialis internis. Berbeda dengan beberapa hari sebelumnya yang saya selalu ditemani ibu dan mengurus semuanya sendirian, saat konsultasi dengan dokter kandungan saya ditemani kaka perempuan saya. Saat konsultasi dan menjalani pemeriksaan USG, dokter cuma bilang kalo benjolan saya adalah kista ovarium, kemudian kaka saya menanyakan tipe kista dan apa isi kista tersebut, namun dokter tidak memberikan jawaban yang pasti dan tidak memuaskan bagi kaka saya, karena semua jawabannya adalah mungkin A atau mungkin B, dokter pun menjadwalkan saya untuk operasi tanggal 26 April.
Sepulangnya dari RS tersebut kakak saya ingin mecari second opinion. Kami mendapat saran dari saudara (yang dokter juga) untuk berkonsultasi ke dr. Muchlis Lubis Sp.OG (K) di RS. Buah Hati Pamulang. Beliau merupakan dokter kandungan dengan subspesialis onkologi / penyakit kanker pada reproduksi wanita, beliau juga termasuk dokter senior. Saat konsultasi memberikan penjelasan yang memuaskan, dari mulai jenis kistanya yaitu kista cokelat, isi dari benjolan tersebut (yang merupakan darah / pecahan sel telur yang tidak luruh saat haid dan malah mengendap di indung telur) dan kemungkinan terburuk saat operasi. Dokter pun langsung menyarankan untuk operasi lusanya yaitu tanggal 24 April. Alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar, dan saat ini saya masih dalam masa pemulihan pasca operasi.
Tumor atau kanker ovarium sendiri disebabkan oleh kista ovarium yang sudah besar dan ganas. Oleh karena itu bagi kalian para wanita, harus rajin memeriksakan kesehatan organ intim kalian, karena setiap wanita apalagi wanita produktif berkemungkinan untuk terserang penyakit ini. Namun wanita dengan riwayat keluarga yang memiliki kanker payudara / ovarium / rahim / kombinasi dari kanker payudara & kanker usus memiliki kesempatan lebih besar untuk terserang penyakit ini (tante saya mengidap kanker payudara, nenek saya kanker usus).
Mungkin banyak yang heran kok saya ada benjolan sebesar itu tapi saya tidak sadar, sejujurnya saya hanya merasa bahwa ini memang saya gendut dan saya juga merasa baik-baik saja (tidak merasakan sakit). Well, hal ini karena kondisi fisik saya yang termasuk fit dan rasa toleransi sakit saya tinggi (sebenarnya setiap sakit perut haid perut saya sakit) namun tingkat toleransi rasa sakit saya tinggi membuat saya merasa hal tersebut tidak sakit. Hal ini saya sadari selama menjalani pemeriksaan seperti tes darah, penyuntikan antibiotik, bius lokal, proses cek CT SCAN dll. setiap perawat heran karena saya tidak merasakan after efeknya misalnya seperti mual, muntah, pusing, atau kesakitan.
Jadi, rajinlah memeriksakan kondisi kesehatan tubuh kalian, meskipun kalian tidak merasakan sakit yang parah, tetap periksakan diri ke dokter, karena tingkat tolerasi rasa sakit tiap orang berbeda-beda, selain itu mencegah lebih baik daripada mengobati bukan?
Jadi, rajinlah memeriksakan kondisi kesehatan tubuh kalian, meskipun kalian tidak merasakan sakit yang parah, tetap periksakan diri ke dokter, karena tingkat tolerasi rasa sakit tiap orang berbeda-beda, selain itu mencegah lebih baik daripada mengobati bukan?
35 komentar
Get well soon Anna ^^ know you will get better <3
ReplyDeleteAmiiin, Makasih Icha♥
DeleteShocking news! Get well very soon Na :)
ReplyDeleteThanku Humen ^^
Deleteget well very soon andy honey!! makasih sharingnya, bikin sadar kalau organ kita emg harus dijaga dan dicek <3
ReplyDeleteThank you Nad ♥♥
Deletekamu selalu kuat. I trust it.
ReplyDeletejangan pernah menyerah ya apapun.. kamu sembuh total. tinggal perlu check up yang rajin dan jaga makan ya :)
baca ini aku jadi takut..
soalnya ya aku haid selalu sakit... tapi lancar terus tiap bulan.. orangnya pun agak beseran... hmmm....
GET WELL SOON cantik!
Tenang badan w Badak kok Han Haha
DeleteHaha iya selaluuuu ^^
Kamu juga jaga kesehatan Han, kalo kaya gitu coba dicek yaa
Kaakkkk baru baca postingan terbaru km ini :(
ReplyDeleteCepet sehat kembali ya kak Andy, semoga recoverynya bs berjalan baik2 aja ya kak. Pasti bisa sembuh total :D <3
Iyaaa, Amiiin makasih Desi ♥
DeleteHello, Ana. I'm a new blogger :D
ReplyDeleteWah aku sering banget tuh sakit perut saat haid. Kadang, sakitnya lama banget berhari-hari. Kadang, pas haid nggak sakit sama sekali. Musiman. Hehehe. Duh, harus periksa dokter nih. Untung baca post ini. Dulu haidku gak lancar, acak-acakan tanggalnya. Sekarang udah mulai teratur. Semoga kamu sehat selalu yah (kayak ngucapin met ultah..heheheh). Yah, pokoknya sehat terus deh. ^^
Hallo!
DeleteIya kalo ga lancar menurutku periksa aja kedokter ya. Amiin, makasih yaaa^^
Cepat pulih ya Mbaakk...
ReplyDeleteItulah yang buat aku males kontrol ke dokter. Karena aku nggak merasa ada yang aneh dalam tubuhku. Tapi ternyata, walau kita merasa everything is ok, belum tentu nggak ada apa-apa juga ya mba.. Thanks for sharing Mba. Membuka lebar mata saya.
Amiiin, Makasih mba Wian
DeleteIya mba, perempuan harus sering-sering ngecek dan ga perlu tunggu sakit mba. karena ga semua penyakit ada gejalanya.
mbakk..aku juga pernah ngalamin lancar dan ga lancar haid..bahkan pernah dalam sebulan haid dua kali sampe aku pucet..aku langsung minta periksa ke dokter pas di usg ktnya ga ada apa2..lebih krn hormon dan stress..memang sih lagi banyak pikiran. kalau cek ke dokter rutinnya berapa kali setahun ya mbak? perlu beritahu ke dokter kalo kita mau cek spesifik kayak potensi kanker gitu2 ga mbak? keluargaku ada turunan kanker soalnya, tante dan mama pernah kena tumor atau kanker. Get well soon mbakk :')
ReplyDeletehttp://blueskyandme.com/2016/10/02/memulihkan-diri-pasca-sakit/
Aku juga awalnya faktor gen jadi mempengaruhi hormon mba. Kalo cek di dokter setauku 6 bulan sekali. Bisa mba melalui tes gen BCRA 1 dan 2, aku saranin untuk tesnya ke dokter kandungan sub-spesialis Onkologi (khusus untuk penyakit reproduksi) gelarnya SpOG (K), dan kalo ada masalah keturunan gitu ceritakan saja mba.
DeleteUntuk sekarang perbanyak saja makan sayur dan buah anti kanker, kurangi penyedap, perbanyak olah raga dan jauhkan stress. Aku juga berkembang tumornya krn saat itu aku lg stress, makan ga karuan sama berhenti olah raga.
Amiiin, semoga mba Mona juga selalu diberi kesehatan :)
Semoga cepat sehatt ya mbaa.. Sungguh cerita yg luar biasa. Syukurlah dan salut krn mba orang yg berani dan cepat ambil kputusan. Bbrp penderita yg lain lbih mmilih mnolak kenyataan, berobat alternatif yg ternyata tdk tepat, lalu baru dtg kmbali ke dokter ketika situasi malah sdh lbih mburuk.
ReplyDeleteTerus semangattt ya mbaaa :)
Salam
Dipi-bandung-wwwdipiwarawiri.com
Amiiin terima kasih mba. Iya mba knp aku langsung ambil keputusan operasi krn aku yakin ini jalan terbaik, dan juga saat itu aku lagi kejar-kejaran sama waktu, aku yakin semakin cepat ditangani semakin besar pula kemungkinan untuk sembuhnya ^^
DeleteBenar sekali mba, beberapa survivor di dharmais yang aku temui jg banyak yg seperti itu dan ke dokter setelah sudah coba banyak alternatif (dan tak ada yang berhasil)
Terima kasih sharing-nya Ana, salut sudah berbagi di blog, Memang kisah2 seperti ini dibutuhkan oleh semua perempuan Indonesia supaya lebih aware. Mau tanya, apakah Ana mengalami keputihan?
ReplyDeleteTerima kasih mba udh berkunjung ke blog ku hihi. Iya mba sengaja aku share biar pada aware, soalnya byk yg blm aware sama penyakit ini (termasuk aku wkt sblm sakit). Sblm dioperasi dan kemo iya mba, tapi setelah operasi sudah tidak, mens ku pun yang suka acak-acakan tanggalnya jd teratur (dan ga sakit lagi pas mens).
Deletealhamdulilah nyasar ke blog ini, jadi dapat sharing soal kanker ovarium deh. Semoga lekas membaik ya mbak dan ga pernah lagi ada penyakit2 berbahaya menimpa kita semua...amiiin
ReplyDeleteTerima kasih mba udah mampir, Amiiin semoga kita selalu diberi kesehatan ya mba ^^
DeleteGet well soon mbaak 😊😊 makasih sharingnyaa. Bemanfaat bangeet buat kita" agar selalu menjaga kesehatan organ intim. Stay strong ya mbaak. Allah Maha Baik 😊
ReplyDeleteTerima kasih mba ^^. Sama-sama semoga kita selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT ya mba :)
Deletemahal nggak mba periksa2nya? kayak aku tuh penasaran bgt sama keadaan tubuhku, kadang ngerasa ini normal nggak ya, itu normal nggak ya, tapi pas mau periksain ke dokter tuh hawa nya "duh mahal gak ya" so sad
ReplyDeleteTergantung mba, kalo medical checkup lengkap mungkin mahal. kalo mau murah mungkin bisa ke dokter umum dulu trs ceritain keluhan biar bisa dirujuk ke pemeriksaan selanjutnya :)
DeleteSerem sih bacanya meskipun aku sendiri udah pernah dioperasi. Aku kemaren operasi tumor payudara. Ternyata bunda aku juga dulunya pernah kena tumor payudara.
ReplyDeleteSekarang aku sering sakit perut dan haid ga teratur, jadi pengen ke dokter deh T_T
Iya ternyata kalo di keluarga ada riwayat, potensi kita untuk kenanya lebih tinggi fir. Aku malah bukan tante-ku (bapa) saja, ternyata nenek-ku (ibu) juga ada kanker usus. Yang mana kombinasi dari gen Kanker Usus dan Kanker Payudara bisa menurunkan kanker usus, kanker payudara dan atau kanker ovarium ke keturunannya.
DeleteIya harus rajin kontrol ke dokter kalo ada hal-hal aneh. Mencegah lebih baik dari pada mengobati ^^
Mba sekarang gimana kabarnya? Sdh sembuh total ya mba
ReplyDeleteHallo, Alhamdulillah kabarku baik :) dibilang sembuh total juga tidak, karena tidak ada kata sembuh untuk kanker, sampai saat ini saya masih harus menjalani kontrol rutin ^^
Deletesemangat mbaaa.... thanks share nya ,, anak aku jg mau jalani kemoteraoi kanker ov stad 1 , smga di akuat n smngat karena usianya msh 17 thn , salam sehat ya :)
ReplyDeletesemangat mbaaa.... thanks share nya ,, anak aku jg mau jalani kemoteraoi kanker ov stad 1 , smga di akuat n smngat karena usianya msh 17 thn , salam sehat ya :)
ReplyDeleteitu masih mending CA-125 nya 49. Saya kemarin sebelum operasi CA-125 saya di angka 191. Perut besar kaya hamil 9 bulan. Hasil operasinya Ovarium kanan bengkak sampe beratnya 5kilo
ReplyDeleteHalo mba, setau saya CA-125 bukan jadi indikator utama penentu tingkat keparahan atau stadium kanker tapi hasil Patologi Anatomi. CA-125 saya 49 tapi tumornya beratnya jg sampe 5lt. Tidak ada yang lebih mending atau lebih baik dari suatu penyakit. Semoga kita semua diberi kesehatan dan lekas sembuh
DeleteHalo mba salam kenal, ibu saya didiagnosis ovarium stadium 3,sudah melalui tahap operasi namun belum menjalani kemoterapi.
ReplyDeleteKlo jeda waktu setelah operasi sampai ke kemo tahap 1,butuh waktu berapa bulan y? Trimakasih
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon tidak memasukkan link aktif. Terima kasih 🙂